Pada pembelajaran kelas 7 di Kurikulum 2013 kemarin, kita sudah membahas perihal struktur teks Biografi, yakni Orientasi (Perkenalan), Peristiwa dan Masalah, dan Reorientasi. Sebelumnya juga sudah disampaikan perihal biografi Ki Hajar Dewantara, yang merupakan tokoh dan pahlawan pendidikan, yang tanggal lahirnya dijadikan sebagai Hari Pendidikan Nasional, yakni setiap tanggal 2 Mei.
Berikut ini adalah Biografi Ki Hajar Dwantara selaku Bapak pendidikan Indonesia (Dikutip dari buku paket Kemdikbud) ;
Ki Hajar Dewantara, Sosok Inspirasi Pendidikan Indonesia
Nama kecil Ki Hajar Dewantara yakni Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Beliau lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889. Berasal dari kalangan keluarga Kraton. Ada yang unik, ketika usianya menginjak 40 tahun, beliau mengganti namanya menjadi Ki Hajar Dewantara, tujuan dari penggantian tersebut, agar beliau bisa berbaur dengan kalangan masyarakat pada umumnya.
Di pendidikannya, beliau menamatkan sekolah dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda), kemudian melanjutkan pendidikannya ke STOVIA (sekolah Dokter Bumiputera), beliau tidak sampai menamatkan sekolahnya karena sakit. Kemudian menginjak dewasa beliau bekerja sebagai wartawan di beberapa media surat kabar, di antaranya Sedyotomo, Midden Java, De Express, Kaoem Moeda dan sebagainya.
Selain aktif dalam dunia kewartawanan dan tulis menulis, beliau juga aktif di beberapa organisasi sosial dan politik. Pada tahun 1908, beliau aktif sebagai propaganda Boedi Oetomo untuk menyosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia. Beliau sering menyuarakan perihal pentingnya persatuan dan kesatuan berbangsa dan bernegara.
Semangat perjuangan Ki Hajar Dewantara semakin menggebu dalam bentuk perjuangannya hingga pada bulan Nopember 1913 beliau membentuk Komite Boemipoetra hingga melancarkan kritikan terhadap pemerintahan belanda yang ingin merayakan 100 tahun kebebasan Belanda dari penjajahan Prancis dengan menarik uang dari rakyat jajahannya.
Kepribadian dan perjuangannya dalam dunia pendidikan tidak disangsikan lagi mengingat beliau merupakan pendiri Perguruan Nasional Taman Siswa pada 3 Juli 1922. Sepak terjangnya di dunia pendidikan menjadikannya Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan yang pertama, hingga tanggal lahirnya, yakni 2 Mei dijadikan sebagai Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas).
Di dalam bacaan tersebut tentunya terbentuk dari kumpulan kata-kata. Kata-kata tersebut hingga mampu dibaca dan dipahami karena adanya unsur kebahasaan. Dalam setiap karangan terlebih karangan Biografi mengenai kisah seorang tokoh inspiratif pasti terdapat unsur kebahasaan.
Unsur kebahasaan merupakan bagian yang penting dalam sebuah bacaan atau karangan. Pada bagian ini akan disampaikan mengenai unsur kebahasaan, di antaranya yaitu :
- Kata Hubung
Kata hubung atau kata sambung sering juga dikenal dengan nama konjungsi, yaitu kata yang berfungsi sebagai penghubung antarsatu kata dengan kata lain dalam satu kalimat. Selain itu, kata hubung juga berfungsi untuk menghubungkan satu kalimat dengan kalimat lain.
Jika kata hubung tersebut berfungsi sebagai penghubung kata dalam satu kalimat, kata hubung tersebut disebut dengan konjungsi intrakalimat, seperti dan, tetapi, lalu, kemudian.
Adapun kata hubung yang berfungsi menghubungkan kaliamat satu denga kalimat yang lainnya disebut dengan konjungsi antarkalimat, misalnya akan tetapi, meskipun demikian, oleh karena itu dan sebagainya.
Pada contoh di atas kata hubung digunakan antara lain dan sebagai kata hubung intrakalimat, meskipun demikian dan akan tetapi sebagai kata hubung antarkalimat. Kata hubung demikian dapat berfungsi sebagai kata hubung intrakalimat dan antarkalimat. Hal tersebut dapat dilihat dari contoh berikut ini di bawah :
- Ia dibuang ke Negara Belanda bersama kedua rekannya dan kembali ke tanah air pada tahun 1918 setelah memperoleh Eoropeesche Akte.
- Ki Hajar Dewantara berasal dari lingkungan keluarga keraton Yogyakarta. Meskipun demikian, ia sangat sederhana dan ingin dekat dengan rakyatnya.
- Akan tetapi, organisasi ini ditolak oleh pemerintah Belanda karena dianggap dapat membangkitkan rasa nasionalisme rakyat dan menggerakan kesatuan untuk menentang pemerintah kolonial Belanda.
- Ki Hajar Dewantara menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda), kemudian melanjutkan pendidikannya ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputra).
Kata hubung dan pada contoh a bermakna hubungan “penambahan”, meskipun demikian pada contoh b bermakna “pertentangan” akan tetapi pada contoh c bermakna “pertentangan” dan kemudian pada contoh d bermakna “kelanjutan”.
Jika dilihat dari perilakunya di dalam kalimat, kata hubung intrakalimat yang menjadi ciri khas teks biografi dapat di kelompokan menjadi :
1) kata hubung koordinatif,
2) kata hubung korelatif,
3) kata hubung subordinatif.
Kata hubung koordinatif digunakan untuk menghubungkan dua unsur atau lebih yang sama pentingnya, misalnya dan, serta dan tetapi. Kata hubung korelatif digunakan untuk menghubungkan dua kata atau frasa yang memiliki status yang sama, biasanya dipisahkan oleh salah satu frasa, misalnya baik…maupun…, tidak hanya…tetapi juga… Sementara itu, kata hubung subordinatif digunakan untuk menghubungkan dua kata atau frasa yang tidak memiliki status yang sama, misalnya setelah, agar, sehingga dan karena.
- Merujuk Kata
Di dalam teks biografi “Ki hajar Dwantara: Bapak Pendidikan Indonesia” di atas terdapat bagian kata atau kelompok kata yang merujuk pada kata atau kelompok kata kalimat sebelumnya. Kamu tentu masih ingat di kelas VII sudah mempelajari perihal kata rujukan. Berikut ini contoh penggunaan kata rujukan dalam kalimat.
- Perjalanan hidup Ki Hajar Dewantara benar-benar ditandai dengan perjuangan dan pengabdian pada kepentingan bangsa dan negaranya.
- Ia tidak dapat menamatkan pendidikan di sekolah tersebut karena sakit.
Contoh kalimat tersebut terdapat dua kata rujukan yaitu pada kalimat a, kata rujukan –nya dan pada kalimat b kata rujukan ia.
- Kata Kerja
Pada teks biografi di atas terdapat penggunaan kata kerja (verbal) yang menyatakan tindakan, misalnya kata kerja menamatkan dan melanjutkan pada kalimat “Ki Hajar Dewantara menamatkan Sekolah Dasar ELS (Sekolah Dasar Belanda), kemudian melanjutkan pendidikannya ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera).
- Waktu, aktivitas dan tempat
Pada teks biografi di atas ada kata-kata yang menunjukan urutan waktu, aktivitas dan tempat. Dikarenakan tulisan biografi dipastikan ada keterangan waktu, tempat dan aktivitas tokoh tersebut yang bersangkutan.
Demikianlah beberapa unsur kebahasaan teks biografi, semoga mampu membantu saudara pembaca dalam lebih memahami tulisan ini. Jika ada kekurangan, penulis memohon maaf, ditunggu sumbangsih masukannya guna lebih baik ke depannya.
No comments:
Post a Comment