Menulis Pidato dan Membacakan Teks Pidato
Berbicara di depan umum, bagi sebagian kalangan merupakan kegiatan yang sulit. Namun, bagi sebagian kalangan yang lain, berbicara di depan umum seakan bukan masalah yang terlalu krusial. Persoalan perbedaan sudut pandang tersebut dikarenakan kemauan dan kemampuan dalam menyampaikan pidato (berpidato) yang berbeda.
Sebagian kalangan yang menganggap masalah dalam berpidato dikarenakan tidak ada kemauan kuat untuk tampil berbicara di depan umum. Sebab ada sebagian kalangan yang mengatakan, berbicara biasa memang mudah namun berbicara di depan umum dan menyampaikan satu tema, rasanya gemetaran dan menjadi masalah tersendiri bagi orang tersebut. Sebaliknya, ada kalangan yang berbicara di depan umum seakan mudah, namun ketika berbicara antara teman, saudara dalam sebuah silaturahim, dia seakan bingung harus berbiacara apa. Bagi kalangan ini, dia lebih mau disuruh tampil di depan umum dibandingkan harus berbicara dalam suasana tidak formal, terlebih hanya dua orang.
Setelah kemauan timbul dalam diri seseorang untuk tampil berbicara di depan umum, hal selanjutnya yakni kemampuan. Setiap orang dianugrahi potensi yang beraneka ragam, ada orang yang dianugrahi potensi dalam bidang olahraga, matematika, fisika, astronomi, bahasa, sastra, termasuk kemampuan berretorika atau berpidato di depan umum.
Tidak perlu satu orang merasa iri dengan potensi orang lain, sebab hakikatnya setiap orang punya potensi, yang harus menjadi penekanan adalah, seberapa besar ikhtiar untuk mengembangkan potensi itu, salah satunya seperti potensi berbicara di depan umum. Ketika seseorang memiliki kemampuan berbicara di depan umum, ada banyak hal yang bisa dilakukannya selain berpidato, seperti ceramah keagamaan, orasi, kampaye, bahkan yang belakangan ini ramai di televisi Stand Up Comedy (Berkomedi seraya berdiri).
Sebelum seseorang tampil untuk menyampaikan pidato. Ada hal yang sangat penting yang harus dilakukannya, baik sebelum, saat dan setelah berpidato. Berbagai hal yang harus diketahui orang sebelum berpidato yakni apa sebenarnya pidato itu sendiri, jangan sampai salah menafsirkan sehingga menyamaratakan dengan ceramah, kampaye, orasi dan berbicara di depan umum lainnya.
Pidato adalah pengungkapan dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada banyak orang (umum). Sebelum seseorang berpidato kepada orang banyak (khalayak) ada baiknya menyiapkan materi pidato itu sendiri. Ada pun beberapa langkah selanjutnya agar mampu berpidato dengan baik, yaitu :
A. Menentukan Tujuan Berpidato
Layaknya orang yang berpergian yang harus memiliki tujuan, maka dalam berpidato pun hal pertama dan utama yang harus diperhatikan yakni perihal penentuan tujuan. Tujuan bagaikan kompas dalam menjalankan segala sesuatu, begitu juga dalam berpidato. Jangan sampai tujuan awal apa, ditengah penyampaian pidato dan bagian akhirnya memiliki maksud dan tujuan yang berbeda dibandingkan awalnya. Dari berbagai jenis tujuan berpidato, di antaranya yakni memotivasi, melakukan tindakan, memberitahukan (intruktif), menghibur (rekreatif) atau membujuk pendengar (persuasif). Di bawah ini ada berbagai tujuan dan penjelasan berpidato, yaitu :
1. Memotivasi
Berpidato dikatakan memotivasi jika pembicara berusaha memberikan semangat, membangkitkan kegairahan, atau menekan perasaan yang kurang baik, serta menunjukan rasa hormat dan pengabdian. Secara garis besar, pidato memotivasi, membangkitkan apa yang awalnya kurang mendapatkan perhatian, motivasi dan kesemangatan dalam menjalani kehidupan atau menyelesaikan permasalahan.
2. Memersuasi
Pidato dikatakan memersuasi jika pembicara berusaha mempengaruhi keyakinan atau sikap mental para pendengar. Dalam tujuan ini seperti ajakan untuk menjaga lingkungan sekitar agar terhindar dari berbagai jenis penyakit, seperti DBD, atau penyakit lainnya yang disebabkan kotornya lingkungan. Selain hal tersebut, contoh lainnya ajakan yang disampaikan oleh tokoh agama, agar orang atau pendengar tergerak untuk melakukan apa yang harusdnya dilakukan sesuai dengan pidato yang disampaikan.
3. Melakukan tindakan
Pidato dikatakan mempunyai tujuan melakukan tindakan jika pembicara dalam berpidato menghendaki pendengar untuk bertindak sesuatu. Kondisi ini mengubah dari pendengar yang tak tahu menjadi tahu, yang kurang paham menjadi paham dan ujung-ujungnya menjadikan pendengar yang tadinya sama sekali tidak bertindak atau tidak melakukan tindakan ternyata setelah seseorang berpidato melakukan tindakan. Dalam hal ini contohnya seperti pidato yang dilakukan oleh petinggi TNI dan Kepolisian dalam upacara atau apel pagi. Setelah upacara dan apel pagi, secara serentak mereka langsung melaksanakan apa yang menjadi amanat dalam pidato komandannya.
4. Menginformasikan
Pidato dikatakan menginformasikan jika pembicara ingin memberitahukan atau menyampaikan sesuatu kepada pendengar agar mereka bertambah pengetahuannya. Ciri dari tujuan pidato menginformasikan yakni yang tadinya tidak tahu menjadi tahu setelah adanya penyampaian pidato (berpidato). Contoh tujuan ini yakni penyampain pidato mengenai kesehatan, berbagai penyakit menular yang disampiakan oleh kepala dinas kesehatan setempat kemudian pendengar bertambah pengetahuan mengenai kesehatan dan pengetahuan berbagai penyakit.
5. Menghibur
Pidato dikatakan menghibur jika pembicara ingin menggembirakan orang yang mendengarkan pembicaraannya atau menimbulkan suasana gembira pada suatu pertemuan. Tujuannya sangat jelas sekali yakni membuat pendengar atau audiens merasa senang dan gembira saat dan setelah mendengarkan pidato yang disampaikan.
6. Menganalisis Pendengar
Menganalisis pendengar ini didasarkan pada tingkat usia, pendidikannya dan pekerjaannya. Analisis pendengar yang dilakukan oleh orang yang akan berpidato sangat penting dan utama, sebab hal ini bermuara pada peneriamaan apa yang disampaikan dalam pidato. Tidak mungkin rasanya berpidato dengan tema perkuliahan di hadapan petani yang berada di kampung, begitu juga rasanya akan bingung, ketika menyampaikan pertanian kepada mahasiswa kedokteran. Harus ada keseimbangan antara tujuan, materi dan pendengar yang menerima materi yang disampaikan.
a. Tingkat usia
Seseorang yang berpidato harus memperhatikan usia pendengar. Jangan sampai menyampaikan materi perihal dunia anak kepada remaja atau pemuda, walaupun hal itu tidak terlalu salah. Begitu juga, jangan sampai menyampaikan materi pidato perihal akhirat secara mendalam kepada anak-anak usia balita atau sekolah dasar, harus ada kesesuaian antara materi dengan pola pikir pendengar.
b. Pendidikan
Seseorang yang berpidato harus memperhatikan tingkat pendidikan pendengar, bukan mendiskriminasikan, namun untuk menyesuaikan dalam hal penerimaan materi. Jangan sampai menggunakan kata-kata ilmiah kepada orang yang tingkat pendidikannya rendah, namun jangan pula menggunakan bahasa biasa kepada orang yang bergelar doktor, bukan maksud untuk sombong namun tujuannya guna adanya kesesuaian antara materi, bahasa dan penerimaan dari pendengar.
c. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan hal yang penting diperhatikan oleh orang yang akan berpidato. Sebab seseorang memiliki bidang pekerjaan yang beraneka ragam, rasanya lucu ketika petani disuruh untuk mendengarkan pidato perihal dunia astronomi, begitu juga ketika birokrat disuruh mendengarkan pidato perihal yang tidak berhubungan dengan pekerjaannya.
B. Menyusun Kerangka Pidato
Dalam menyampaikan pidato, tentunya mengambil satu tema yang menjadi pokok permasalahan yang akan disampaikan. Untuk menyampaikan suatu masalah, kerangka pidato harus dibuat dengan urutan berdasarkan penyelesaian masalah. Hal itu dilakukan guna membuat pendengar mudah dalam memahami dan mencerna permasalahan yang disampaikan dalam pidato. Berikut ini adalah susunan pidato pada umumnya :
1. Salam Pembuka
Salam pembuka berisi sapaan kepada yang hadir dalam acara tersebut dimulai dari yang paling tinggi kedudukannya hingga yang paling rendah secara berurutan dan salam pembuka. Sebagai contoh urutan dalam menyapa diantaranya, kepada Bapak Kepala Sekolah, Guru-guru, Staff Tata Usaha, siswa.
2. Pendahuluan
Pendahuluan berisi ucapan syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa menyebutkan topik pidato yang akan disampaikan (jika ada). Bagian pendahuluan ini sebagai ungkapan kegembiraan atas kesempatan dan situasi kondisi yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan.
3. Isi Pokok
Isi pokok ini berisi inti atau materi yang disampaikan dalam pidato. Bagian inilah yang memiliki porsi paling banyak jika dipresentasekan dalam hitungan, berkisar 70 %. Jika pendahuluan 20 % dan penutup 10 %, maka bagian isi inilah yang paling banyak presentasenya.
4. Simpulan
Simpulan berisi dari kesimpulan atau pokok-pokok dalam penyampaian pidato. Bagian simpulan ini mengambil dan mengulang kembali bagian isi pidato, namun bagian yang diambil adalah bagian pokok atau garis besar dalam isi pidato.
5. Harapan- harapan
Harapan-harapan berisi dampak positif yang diharapkan terjadi pada pendengar pidato setelah mendengarkan pidato yang disampaikan.
Penutup
Berisi ucapan terimakasih, permintaan maaf, dan salam penutup.
C. Mengembangkan Kerangka Pidato Menjadi Naskah yang Lengkap
Bagian ini adalah bagian dari pengembangan dari kerangka pidato yang sudah dibuat. Ketika keranngka pidato sudah dibuat, maka secara struktur sudah dilaksanakan, tinggal mengembangkannya. Bagian pengembangan ini upayakan menggunakan kata-kata, kalimat yang mudah dipahami sesuai dengan hasil analisis pendengar, berdasarkan usia, pendidikan, pekerjaan maupun hal lain yang dianggap berpengaruh.
D. Menyampaikan Pidato di Depan Khalayak
Sebelum tampil di depan umum, maka pilihlah metode yang cocok dan memungkinkan secara situasi dan kondisi. Pemilihan metode pidato memiliki peranan yang begitu penting, sebab berhubungan langsung dengan pendengar. Dari berbagai metode pidato yang ada, berikut ini metode yang bisa menjadi alternatif :
1. Metode Naskah
Pada metode ini pembicara saat berpidato membacakan naskah yang telah disusunnya terlebih dahulu. Naskah-naskah pidato itu mempunyai susunan yang sama. Yang membedakan antara naskah pidato yang satu dengan naskah pidato yang lain pada bagian isi pokoknya.
2. Metode Menghafal
Pada bagian metode menghafal ini, seseorang yang akan berpidato harus membaca teks pidatonya, bahkan hingga beberapa kali hingga ingat diluar kepala.
3. Metode Ekstemporan (tanpa persiapan naskah)
Pada metode ini pembicara pidato membawa catatan-catatan kecil yang penting sekaligus menjadi urutan dalam uraiannya.
4. Metode Impromtu (serta merta)
Pada metode ini pembicara berpidato berdasarkan pengetahuan dan kemahirannya tanpa persiapan sama sekali. Jadi, ia berpidato secara serta merta. Pada bagian ini seseorang yang berpidato sudah terbiasa menyampaikan materi pidatonya, dikarenakan sama sengan potensi dan kebiasaannya. Seperti pejabat kelurahan, diminta pidato dadakan oleh ketua RW di lingkungan yang sedang mengadakan acara Maulid Nabi.
Selain hal-hal yang disampaikan di atas kalian harus membaca tips berpidato yang baik, seperti posisi berdiri secara tegak, pengurangan gerak tubuh secara wajar, pelafalan kata yang benar, ekspresi wajah mendukung dan pandangan mata ke arah pendengar (audiens). Demikianlah beberapa hal yang menyangkut pembelajaran menulis dan membacakan pidato.
No comments:
Post a Comment