Translate

Saturday 21 October 2017

Materi Bahasa Indonesia kelas 9: Menyunting / Mengedit Karangan

Pentingnya Menyunting / Mengedit Karangan
Dalam melakukan sesuatu tidak akan terlepas dari kesalahan dan kekurangan. Berangkat dari kenyataan itu, maka harus ada upaya untuk menyempurnakannnya, minimal mengurangi kesalahan, baik kesalahan yang disadari maupun tidak disadari.
Pengertian Menyunting / Mengedit Karangan
Upaya mengurangi kesalahan ataupun upaya menyempurnakan sebuah karangan, maka proses tersebut dinamai menyunting atau mengedit. Menyunting tulisan dapat diartikan sebagai kegiatan memperbaiki tulisan. Sebuah teks baik buku, bacaan ataupun laporan kadang-kadang pemakaian bahasanya ada kekurangan bahkan kesalahan.
Apa yang disunting atau diedit dalam sebuah karangan?
Tentunya kesalahan dalam karangan, namun berbicara jenis apa saja yang menjadi kesalahan dalam sebuah karangan, di antaranya ; penggunaan ejaan, tanda baca, pilihan kata (diksi), kalimat yang tidak efektif dan paragraf yang kurang padu. Kesalahan-kesalahan tersebut akan diketahui dalam proses penyuntingan teks. Agar sebuah karangan atau teks benar atau kesalahannya sedikit, maka yang harus dilakukan adalah menyunting karangan tersebut, tentunya oleh orang yang ahli. Agar seseorang ahli dalam menyunting naskah, maka yang harus dilakukan yakni harus terus berlatih menyunting atau memperbaiki karangan. Semakin sering membaca dan menyunting sebuah karangan, maka akan semakin terlatih pula.
Kegiatan menyunting dapat dilakukan oleh penulis karangan itu sendiri dan dapat dilakukan orang lain. Namun, perlu diingat, kegiatan menyunting baik oleh penulis sendiri atau orang lain harus setelah karangan selesai, jangan sampai melakukan kegiatan menyunting ketika masih menulis karangan. Hal itu akan menimbulkan penulis lupa ide, gagasan atau hal lain yang harus dituliskan. Lakukanlah penyuntingan setelah menulis karangan selesai.
Tahapan Menyunting / Mengedit Karangan
Ada tiga tahapan dalam menyunting sebuah karangan. Di antara tahapan itu, yakni menyunting isi, menyunting organisasi dan menyunting dari segi bahasa. Dalam pemaparan ini akan dibahas mengenai penyuntingan naskah dari tahap bahasa, yang meliputi jenis berikut ini ;
           Contoh Menyunting / Mengedit Karangan
Ejaan
Pada jenis kesalahan berbahasa jenis ejaan, ada dua kesalahan yang harus diperhatikan. Kesalahan itu meliputi penulisan huruf dan tanda baca.
Penulisan huruf
Pada kesalahan penulisan huruf yang harus diperhatikan yakni penulisan huruf kapital. Jangan sampai tertukar antara huruf yang harus ditulis kapital dengan huruf yang ditulis kecil. Sebagai contoh nama orang, kota, binatang, nama tempat, gelar kehormatan dan lainnya. Beberapa nama tersebut, setiap huruf awal katanya harus kapital.
Contoh ;
Sumbangan pembaca Jawa Pos kembali disalurkan kepada warga Dusun Ngompro dan Pilang, Desa Ngompro, Kecamatan Pangkur, Ngawi.
Keterangan :
Dalam kalimat di atas, terdapat tiga jenis kata yang memiliki tiga makna, kata Sumbangan, sebagai kata pertama dari kalimat di atas, kata Jawa Pos sebagai nama Surat Kabar, Majalah, dan Dusun Ngompro dan beberapa nama tempat lainnya yang menunjukan nama tempat, wilayah yang harus ditulis secara kapital.
Tanda Baca
Di antara berbagai tanda baca, di bawah ini beberapa tnda baca yang sering digunakan dalam menulis sebuah karangan, yaitu ; tanda titik (.), tanda koma (,), tanda petik (“…”), tanda garis hubung satu (-), dan tanda kurung. Beberapa tanda baca tersebut harus digunakan sesuai dengan fungsinya, sebab ketika salah menempatkan maka akan menimbulkan ketidak nyamanan saat membaca, bahkan menimbulkan makna yang berlainan dari maksud seorang penulis.
Beberapa penjelasan dari tanda baca adalah sebagai berikut :
  • Tanda titik (.)
Tanda titik digunakan untuk mengakhiri kalimat berita dalam cerita pendek.
Contoh : Ari berjalan menuju kamar Ibu dengan pelan.
  • Tanda koma (,)
Dalam sebuah kalimat tanda koma digunakan untuk membuat penjedaan antara anak kalimat yang mendahului induk kalimat serta pemisah dalam kalimat serata atau bertingkat yang didahului kata tetapi atau melainkan.
Contoh : Dia tidak sakit, tetapi memang malas untuk sekolah.
  • Tanda seru (!)
Tanda seru biasa digunakan untuk menunjukan perintah atau penunjuk keterkejutan dalam sebuah kalimat.
Contoh : “Wow! Ternyata saya sedang dikepung kawanan pencuri,” seru Boy.
  • Tanda tanya (?)
Tanda tanya digunakan untuk mengakhiri kalimat tanya.
Contoh : Apakah kalian mendengar suara lonceng itu?
  • Tanda Petik (“ … “)
Tanda petik digunakan sebagai penanda kutipan langsung yang berupa perkataan tokoh.
Contoh : “Kemana lagi sih, binyi itu?”
Pilihan Kata (Diksi)
Pilihan kata merupakan nama lain dari diksi. Ketika seorang penulis mengarang sebuah karangan, maka harus memperhatikan diksi (pilihan kata). Jangan sampai menuliskan kata yang tidak baku serta jangan sampai menggunakan kata yang memiliki makna ambigu (banyak makna). Sebab hal itu akan menimbulkan maksud yang berbeda ketika dibaca oleh pembaca.
Sebagai contoh :
Sumbangan pembaca Jawa Pos terus mengalir. Senin siang kemarin, Direktur SDM PT Tjiwi Kimia Drs. Sunoto M.B. bersama ketua SPSI Toto Suprianto dan temen-temennya datang menyumbang Rp 150 juta untuk korban bencana banjir ke Jawa Pos. “Ini hasil yang dikumpulkan dari temen-temennya karyawan Tjiwi Kimia,” tutur Toto Suprianto kepada M, Nasarudin Ismail di kantor Jawa Pos.
Dari paragraf di atas ada kata yang salah pemilihannya (menggunakan kata tidak baku). Salah satu kesalahan pilihan kata yakni pada kata temen-temen, harusnya teman-teman.
Penggunaan Kalimat yang Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat menggungkapkan gagasan pemakaiannnya secara tepat dan dapat dipahami secara tepat pula. Ada pun yang dimaksud dengan kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kaidah sebagai berikut ;
Memperhatikan bentuk Gramatikal
Contoh :
Kami semua menghadiri rapat di balai desa.
Semestinya :
Kami menghadiri rapat di balai desa.
Tidak menggunakan kata secara berlebihan dan bertumpang tindih
Contoh :
Pada saat banjir yang telah lalu, mereka juga menerima bantuan sembako.
Semestinya :
Saat banjir yang lalu, mereka juga menerima bantuan sembako.
Tidak menggunakan kata depan yang berlebihan
Contoh :
Selain dari pada itu, masih ada satu karung berisi lebih dari seratus setel seragam SD serta paket buku dan alat tulis.
Semestinya :
Selain itu, masih ada satu karung berisi lebih dari seratus setel seragam SD serta paket buku dan alat tulis.
Penyusunan Paragraf
Dalam menyusun paragraf yang baik, maka harus memperhatikan dua hal, yakni kepaduan paragraf dan kesatuan paragraf.
Kepaduan Paragraf
Suatu paragraf disebut padu jika kalimat-kalimat yang ada dalam paragraf tersebut padu (kohesif) dan paragraf-paragraf dalam bacaan tersebut juga padu (koheren).
Contoh Paragraf :
Selepas kebanjiran, warga yang tinggal di tepi Kali Madiun itu terus berjuang meneruskan hidup. Banyaknya sawah dan rumah yang rusak membuat warga trauma bila diminta mengingat kembali banjir yang pernah menerjang dusun mereka. “Warga Ngompro saat itu terendam sejak Rabu sampai Jumat. Perahu tak berani masuk karena arus sangat deras,” kata Joko Purwanto, Kepala Desa Ngmpro.
Sementara itu, kaum ibu rumah tangga kehilangan alat memasak mereka. Warga Ngompro kebanyakan memang memasak menggunakan tungku dari tanah liat dan berbahan bakar kayu. Saat banjir, tungku mereka pun ikut hancur lebur, kayu-kayu masih basah dan tak bisa dipakai lagi. Ada pula yang nekat menjadikan meja mereka dialasi seng, lalu dijadikan tungku.
Keterangan :
Penanda kohesi: Sementara itu, …
Kesatuan Paragraf
Setiap paragraf dalam bacaan adalah sebuah kesatuan yang membicarakan salah satu aspek dari tema seluruh bacaan. Kalimat-kalimat dalam sebuah paragraf harus berhubungan satu sama lain, sehingga merupakan kesatuan untuk menyampaikan suatu maksud, untuk mengulas sesuatu hal yang menjadi pembicaraan dalam paragraf itu. Jadi dalam sebuah paragraf harus ada ide pokok yang mempersatukan semua kalimat dalam paragraf itu. Ide pokok suatu paragraf itu dapat ditampilkan di awal, di tengah atau di akhir paragraf.
Contoh paragraf :
Selepas kebanjiran, warga yang tinggal di tepi Kali Madiun itu terus berjuang meneruskan hidup. Banyaknya sawah dan rumah yang rusak membuat warga trauma bila diminta mengingat kembali banjir yang pernah menerjang dusun mereka. “Warga Ngompro saat itu terendam sejak Rabu sampai Jumat. Perahu tak berani masuk karena arus sangat deras,” kata Joko Purwanto, Kepala Desa Ngmpro.

No comments:

Post a Comment